A. Verba
2.1 Pengertian Verba
Verba atau kata kerja
(bahasa Latin: verbum, "kata")
adalah kelas
kata
yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis
lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya,
kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan
pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja
intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
2.2 Pengelompokan
Verba
2.2.1
Menurut Perilaku Semantis Pengelompokan verba menurut perilaku semantis adalah menurut makna inheren
yang terdapat di dalamnya :
1. Perbuatan, menjawab pertanyaan Apa yang
dilakukan oleh subjek?
2. Proses, menjawab pertanyaan Apa yang
terjadi pada subjek?
3. Keadaaan, menyatakan bahwa acuan verba
berada dalam situasi tertentu.
4. Pengalaman, peristiwa yang terjadi pada subjek
begitu saja, tanpa kesengajaan
dan kehendaknya
2.2.2 Menurut Perilaku Sintaksis
Pengelompokan verba menurut perilaku
sintaksis ditentukan dari adanya nomina
sebagai objek dari kalimat aktif serta
kemungkinan objek tersebut berfungsi sebagai
subjek dalam kalimat pasif (verba
transitif dan intransitif). Contoh: ibu sedang
membersihkan kamar
itu.
1. Verba transitif: memerlukan nomina sebagai objek
dalam kalimat aktif, dan objek tersebut juga berfungsi sebagai subjek dalam
kalimat pasif.
a. Verba ekatransitif: diikuti satu objek. Contoh, Saya
sedang mencari pekerjaan.
b. Verba dwitransitif: diikuti dua nomina, satu sebagai
objek dan satunya sebagai pelengkap. Contoh, Ibu akan membelikan kakak
baju baru.
c. Verba semitransitif: objeknya boleh ada dan boleh tidak
(manasuka/opsional). Contoh: (1) Ayah sedang membaca koran, (2) Ayah
sedang membaca.
2. Verba intransitif: tidak memiliki nomina di
belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
a. Verba intransitif tak berpelengkap
Verba yang memiliki sebuah subjek dan tidak diikuti oleh
pelengkap. Contoh, “Musisi
berkolaborasi”.
beratapkan
|
berkata (bahwa)
|
kejatuhan
|
berdasarkan
berlandaskan
|
berkesimpulan
berpandangan (bahwa)
|
kehilangan
merupakan
|
bersendikan
|
berpesan (bahwa)
|
b.
Verba intransitif berpelengkap wajib
Verba yang memiliki sebuah subjek dan diikuti oleh
pelengkap. Contoh, “Kafilah berdagang
sutra”.
berdiri
|
menghijau
|
duduk
|
berlari
membaik
|
tenggelam
terkejut
|
kelaparan
kesiangan
|
memburuk
membusuk
|
terkecoh
timbul
|
kedinginan
kemalaman
|
c.
Verba intransitif berpelengkap manasuka
Verba yang memiliki sebuah subjek
dan pelengkap tidak selalu hadir
beratap berharga
|
naik berbaju
|
ketahuan
kehujanan
|
berhenti
berpakaian
|
bercat
berdinding
|
kecopetan
berpintu
|
merasa
|
berpagar
|
berpola
|
d. Verba intransitif berpreposisi
Verba
intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu.
Contoh:
cinta
pada/akan teringat pada/akan
suka
pada/akan tergolong dalam
terbagi
atas terkenang pada/akan
sesuai
dengan terjadi dari
sejalan
dengan menyesal atas
2.2.3 Menurut
Bentuk
1. Verba asal, yaitu verba yang dapat
berdiri sendiri tanpa afiks, contohnya: ada, bangun, cinta, datang, duduk, gugur, hancur, hidup, hilang, ikut, jatuh, kalah, lahir, lari, makan, mandi, mati, menang, minum, naik, paham, pecah, pergi, pulang, sadar, suka, tahu, tenggelam, terbit, tiba, tidur, tinggal, tumbang, tumbuh, turun.
2.2.4 Hubungan Dengan
Nomina
a) Verba aktif
Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
penanggap.
Contoh :
§ Ia mengapur dinding.
§ Petani bernanam padi.
b) Verba pasif
Verba pasif adalah verba yang subyekna berperan sebagai penderita, sasaran
atau hasil.
Contoh :
§ Buku dibaca Akbar.
§ Buku itu terinjak olehku.
c) Verba anti-pasif
Verba anti-pasif adalah verba yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh:
§ Ia haus akan kasih sayang.
§ Pemuda
itu benci terhadap perempuan.
d) Verba anti-aktif (ergatif)
Verba anti-aktif (ergatif) adalah verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi pasif dan subjeknya merupakan penanggap.
Contoh:
§ Ibu kecopetan di bis.
§ Kakinya terantuk batu.
2.2.5 Interaksi antara nomina dan pendampingnya
a. Verba resiprokal
Verba resiprokal adalah verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan.
Contoh: berkelahi, baku hantam, tembak-menembak
b. Verba nonresiprokal
Verba
nonresiprokal
adalah
verba
yang tidak menyatakan
perbuatan
yang dilakukan dua pihak dan tidak saling berbalasan.
2.2.6 Refleksi argumennya
a. Verba refleksif
Verba refleksif adalah verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang
sama.
Contoh: berdandan, berjemur, melarikan diri, membaringkan diri
b. Verba nonrefleksif
Verba nonrefleksif
adalah verba
yang kedua argumennya mempunyai referen
yang berlainan.
2.2.7 Hubungan identifikasi antara argumen-argumennya
a.
Verba kopulatif
Verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa mengubah konstruksi predikatif yang bersangkutan.
Contoh: adalah, merupakan.
b. Verba ekuatif
Verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.
2.2.8 Verba telis dan verba atelis
Konsep telis dan atelis
dibicarakan bila verba berprefiks me- dapat dipertentangkan dengan verba berprefiks ber-. Verba
telis berprefiks me- dan verba atelis berprefiks ber-. Verba telis menyatakan
perbuatan
tuntas, sedangkan verba atelis menyatakan
perbuatan belum tuntas.
Contoh:
Pak tani menanam padi. Pak tani bertanam padi.
Ia menukar pakaian. Ia bertukar
pakaian.
2.2.9 Verba performatif dan verba konstantif
a. Verba performatif
Verba dalam kalimat yang secara
langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara
pada waktu mengujarkan
kalimat.
Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.
b. Verba konstantif
Verba konstantif adalah verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung
gambaran tentang suatu peristiwa.
Contoh: menembaki, menulis.
2.2.10 Perpindahan kategori
a. Verba denominal yaitu verba yang berasal dari nomina.
Contoh: berbudaya, bertelur, memahat, merotan, menyemir
b. Verba deajektival yaitu verba yang berasal dari ajektiva.
Contoh: melicinkan, menghina, meyakinkan, mensejahterakan
c. Verba deadverbial yaitu verba yang berasal dari adverbial.
Contoh: bersungguh-sungguh, menyudahi, memungkinkan
B. Verba Turunan
2.3 Pengertian
Verba Turunan
Verba Turunan adalah verba yang dibentuk melalui
proses morfologis sehingga selalu berupa bentuk kompleks atau terdiri atas dua
morfem atau lebih. Verba turunan harus memakai afiks, dan dibagi lagi
menjadi tiga subkelompok: verba yang dasarnya adalah dasar bebas, tetapi
memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba; verba yang dasarnya
adalah dasar bebas, yang dapat pula memiliki afiks; dan verba yang dasarnya
adalah dasar terikat, dan memerlukan afiks. Selain itu verba turunan juga dapat
berupa reduplikasi atau majemuk.
2.4 Macam-macam
Verba Turunan
a)
Verba turunan dasar bebas afiks
wajib contohnya: mendarat,
melebar,
mengering,
membesar,
berlayar,
bersepeda,
bertelur,
bersuami.
b)
Verba turunan dasar bebas afiks
manasuka contohnya: (mem)baca,
(mem)beli, (meng)ambil, (men)dengar, (be)kerja,
(ber)jalan.
c)
Verba turunan dasar terikat afiks
wajib contohnya: bertemu,
bersua,
menemukan, menyelenggarakan, mengungsi, berjuang.
2.5
Penurunan Verba
Proses penurunan verba bisa melalui
empat cara :
1. Transposisi: penurunan verba dari kelas kata lain.
2. Pengafiksan: penurunan verba dengan penambahan
afiks pada dasar.
3. Reduplikasi: penurunan verba dengan pengulangan
kata.
4. Pemajemukan: penurunan verba dengan
penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih.
C.
Afiks Pembentuk Verba
Berikut ini makna afiks
pembentuk verba menurut Kridalaksana (2000, 40-41).
1)
Kombinasi afiks me-i
Contoh:
a.
,repetit
if
Para demonstran melempari gedung kedutaan Amerika dengan batu.
b.
,bersikap, berlaku sebagai
Walaupun masih muda, ia sering menggurui orang yang lebih tua.
c.
,menyebabkan, mendapat
Ibu menggarami sayur.
2)
Kombinasi afiks di-i
Contoh:
a.
,repetit
if
Para demonstran dilempari gedung kedutaan Amerika dengan batu.
b.
,bersikap, berlaku sebagai
Walaupun masih muda, orang yang lebih tua sering digurui oleh Amanda.
c.
,menyebabkan, mendapat
Sayur digarami oleh ibu.
3)
Kombinasi afiks me-kan
Contoh:
a.
,kausat
if
Pilot itu menerbangkan pesawat model mutakhir buatan Amerika.
b.
,benefakt if
Saya curiga ketika dia membisikkan sesuatu kepada teman saya.
c.
,res
Penyanyi itu mengeluarkan dua album terbarunya.
4)
Kombinasi afiks memper-
Contoh:
a.
,menjadikan
Pak Hasan memperisteri putri keturunan raja.
b.
,membuat
jadi lebih
Jangan memperbodoh orang desa yang lugu itu.
5)
Kombinasi afiks diper-
Contoh:
a. ,dijadikan
Ia diperisteri pemuda kaya keturunan bangsawan.
b. ,dibuat
jadi lebih
Rumah yang indah itu masih akan diperindah lagi.
6) Kombinasi afiks memper-kan
Contoh:
a. ,menjadikan
Saya rasa kita tidak perlu mempersoalkan hal sepele seperti itu.
b. ,membuat
jadi
Maksud mempermalukan lawannya di hadapan massa gagal.
c. ,mengerjakan
Karena tidak mempunyai anak, ia memperlakukan saya seperti anaknya.
7) Kombinasi afiks diper-kan
Contoh:
a.
,dijadikan supaya
Lagu-lagu nostalgia selalu diperdengarkan pada Selasa petang.
b.
,dibuat jadi
Aku dipermalukan di muka umum.
c.
,dijadikan sebagai alat
Yang diperdagangkan hanya barang-barang buatan dalam negeri.
8) Kombinasi afiks Å‹-in
Contoh;
a.
,membuat
keadaan
Dia ngeduluin teman-temannya.
b.
melakukan
dengan sungguh-sungguh (intensif)
Adik ngerasain sakitnya disuntik.
c.
melakukan
Ngapain kamu di sini?
9)
Kombinasi afiks ber-an
Contoh:
a.
,respirokal
Mobil yang berwarna coklat bertabrakan dengan bus patas.
b.
,pluralis
Daun-daun kering di halaman bertebaran ditiup angin.
10)
Kombinasi afiks ber-R-an
Contoh:
a.
,respirokal
+ intensif
Kedua sahabat
itu
berpeluk-pelukan ketika
bertemu
setelah
20
tahun
berpisah.
b.
,pluralis
+ intensif
Murid-murid berlarian di halaman sekolah.
11)
Kombinasi afiks ber-kan
a.
,mengkhususkan
(melengkapi) verba
Negara Indonesia adalah Negara yang berasaskan Pancasila.
Anak-anak kecil dilarang memakai perhiasan yang berhiaskan intan.
12)
Konfiks ke-an
Contoh:
a.
,terkena,
menderita (afektif)
Aku turut berduka cita atas kematian
ayahnya.
b.
,tak
sengaja (afektif)
Rumah yang hendak kita tuju kelewatan karena asyik mengobrol.
13)
Afiks
ter-R
a.
,dalam
keadaan selama jangka waktu tertentu
Ia pergi tergopoh-gopoh ke kantornya karena takut terlambat.
Orang mabuk itu berjalan terhuyung-huyung menuju rumahnya.
14)
Kombinasi afiks per-kan
a.
,jadikan
Peristerikanlah segera tunanganmu itu !
b.
,jadikan
supaya
Coba perlihatkan saya permata yang baru kau beli itu.
15)
Kombinasi afiks per-i
a.
,kausatif
Perbaiki jawaban yang salah.
Coba Anda perbaharui kalimat yang Anda buat tadi.
.
C.
Verba dan Frase Verbal
Chaer menyebut verba dengan istilah kata kerja,
sehingga istilah untuk
frase
verbal pun disebut frase kerja (2006). Pada bagian ini selanjutnya akan dipaparkan uraian Chaer tentang kata kerja dan frase kerja.
2.6 Kata Kerja
Kata kerja adalah kata-kata yang dapat diikuti dengan …, baik yang menyatakan alat, keadaan, maupun penyerta, misalnya:
- pergi (dengan adik)
- pulang (dengan gembira)
- berjalan (dengan hati-hati)
Dilihat dari strukturnya, kata kerja terbagi atas kata kerja dasar dan kata kerja berimbuhan. Kata kerja dasar adalah kata kerja yang belum diberi imbuhan, misalnya:
pergi, pulang, makan. Kata kerja berimbuhan adalah
kata kerja yang terbentuk dari kata dasar yang
mungkin kata benda, kata kerja,
kata sifat,
atau kata lain dan
imbuhan.
Imbuhan yang lazim digunakan dalam membentuk kata kerja adalah:
a) awalan ME-, seperti pada kata-kata menulis,
membaca, melihat.
b) awalan
BER-seperti pada kata-kata berdiri,
berlatih, berkuda.
c)
awalan DI-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dilihat.
d)
awalan TER-,
seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, terlihat.
e)
awalan PER-, seperti pada kata-kata perpanjang,
percepat, persingkat.
f)
akhiran –KAN, seperti pada kata-kata tuliskan,
bacakan, damaikan.
g)
akhiran –I, seperti pada kata-kata tulisi,
diami, datangi.
Secara semantis dapat dibedakan empat macam kata kerja, yaitu;
(1) kata kerja yang menyatakan tindakan atau perbuatan, misalnya kata membangun, menendang, berlari, dan tidur;
(2) kata kerja yang
menyatakan pengalaman batin, menyatakan sikap emosi atau perasaan, misalnya bosan, tahu, mengerti, sadar, takut, dan bangga;
(3) kata kerja yang menyatakan proses atau perubahan dari suatu keadaan kepada
keadaan lain,
misalnya
kata
menguning, mencair, mendidih, tenggelam,
dan
membulat;
(4) kata kerja
yang menyatakan keadaan lahiriah sesuatu,
misalnya
kata
kosong,
bergetar, terbuka, menggigil, dan berbekas.
2.7 Frase Kerja
Frase kerja adalah frase yang lazim menjadi unsur predikat di dalam kalimat. Frase kerja terbagi atas
dua macam struktur.
2.7.1 Frase Kerja Berstruktur M-D
Frase kerja berstruktur M-D artinya unsur M terletak di muka dan unsur D
terletak di
belakang
unsure
M
tersebut. Unsur D selalu
berupa kata kerja
sedangkan unsur M
berupa kata keterangan.
Berikut ini jenis makna frase kerja.
(a) ingkar: tidak mendengar, tak sempat, tak hadir, tidak sudi
(b) kepastian atau kemungkinan: tentu mendengar, mungkin datang, barang- kali tahu, pasti datang
(c) frekuensi: jarang pulang, sering datang, sekali makan,
beberapa kali mendengar, acapkali muncul
(d) pembatasan: hanya melihat, hanya membaca, cuma
mendengar, cuma meminjam
(e) kesegeraan: segera datang, lekas
pulang, cepat pergi, lekas
tahu
(f)
sikap batin: ingin mengetahui, dapat mendengar, suka
mencerca, ingin menangis
(g) perkenan: boleh datang, harus hadir, wajib membayar,
mesti kembali
(h) aspek waktu: sedang mandi, belum mengetahui, akan
hadir, sudah datang
(i)
selesai tidaknya perbuatan:
sedang mandi, belum mengetahui,
akan hadir,
2.7.2 Frase Kerja Berstruktur D-M
Frase kerja berstruktur D-M adalah frase yang mempunyai unsur D di
muka
dan M terletak di belakang. Unsur D biasanya kata kerja, sedangkan unsur
M adalah:
a) kata keterangan yang menyatakan pembatas atau
terus-menerus
contoh:
makan saja tidur melulu membaca saja
b) kata
keterangan yang menyatakan perulangan
contoh: makan lagi
tidur kembali marah lagi
1)
frase verbal sebagai subjek contoh:
a. Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.
b. Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan.
2)
frase verbal sebagai objek contoh:
a. Dia mencoba tidur
lagi tanpa bantal.
b. Mereka menekuni membaca Al Quran.
3)
frase verbal sebagai pelengkap
contoh;
a. Mertuanya merasa tidak bersalah kepadanya.
b. Dia baru mulai mengerti masalah itu.
4)
frase verbal sebagai keterangan
contoh:
a. Saya bersedia membantu Anda.
b. Paman datang berkunjung minggu yang lalu.
SUMBER:
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Utama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Djajasudarma, T.
Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika
Aditama.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama..
Samsuri. 1987. Analisis
Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Butuh Versi Word? KLIK DISINI
via Google Drive